Al-Umm (الأم) adalah kitab karangan Asy-Syafi’i dan menjadi kitab fikih paling populer karangan beliau. Kitab ini adalah cerminan fase akhir dari kematangan ijtihad Asy-Syafi’i setelah “berpetualang” mencari ilmu, menggali, berdebat, berdiskusi, dan merenung di Hijaz, Irak dan Mesir.

Kitab ini juga menjadi kitab karangan Asy-Syafi’i yang paling terakhir . Dengan kata lain Al-Umm juga mencerminkan madzhab jadid Asy-Syafi’i. Perawinya adalah Ar-Robi’ bin Sulaiman Al-Murodi, murid Asy-Syafi’i yang paling berjasa menyebarkan kitab-kitab beliau. sebagaimana sudah beliau ”ramal”kan sendiri oleh sang imam menjelang wafatnya.

Dalam perkembangan madzhab selanjutnya, kitab Al-Umm akhirnya menjadi pelopor lahir nya ratusan bahkan ribuan kitab fikih bermadzhab Asy-Syafi’i. Adapun cara Asy-Syafi’i dalam menulis dan mentransferkan naskahnya kepada murid-muridnya, hal itu bisa kita ketahui dari laporan Yahya bin Nashr Al-Khoulani.

Menurut informasi Yahya Al-Khoulani, pertama-tama Asy-Syafi’i menulis kitab tertentu. Dalam proses menulis ini, Asy-Syafi’i hanya mengandalkan hafalannya tanpa bergantung pada buku apapun. Jika sudah selesai, datanglah Ibnu Harom yang akan mengambil naskah itu kemudian menyalinnya. Setelah itu Al-Buwaithi, murid Asy-Syafi’i yang paling senior akan membacakannya di depan Asy-Syafi’i agar beliau mengoreksi nya. Semua yang hadir mendengar, kemudian menyalin dari naskah tersebut.

Dengan cara seperti inilah Ar-Robi’ mendapatkan naskah tulisan kitab Al-Umm yang langsung dari Asy-Syafi’i. Hanya saja, Ar-Robi’ terkenal banyak membantu mengurusi kebutuhan Asy-Syafi’i. Oleh karena itu wajar jika kadang-kadang beliau tidak ikut mendengar. Jika terjadi seperti ini, biasanya yang luput akan mengoreksikanya sendiri langsung kepada Asy-Syafi’i. Dari sinilah bisa kita pahami, jika dalam kitab Al-Umm ada kata-kata Ar-Robi’ yang berbunyi “akhbarona Asy-Syafi’i” (أخبرنا الشافعي), maka hal itu menunjukkan bahwa yang Ar-Robi’ tulis adalah naskah yang riil dari Asy-Syafi’i yang kemudian murid-muridnya menulisnya lalu mengoreksikannya kepada Asy-Syafi’i.

Jenis penukilan naskah dengan model ini adalah bagian terbesar dalam Al-Umm. Adapula yang Ar-Robi’ menulis nya melalui jalan imla’ (dikte), yakni naskah yang Ar-Robi’ tulis dengan lafaz “akhbaronaa Asy-Syafi’i imlaa-an” (أخبرنا الشافعي إملاء), tapi yang model ini jumlahnya hanya beberapa saja.

Asy-Syafi’i adalah seorang alim yang sangat produktif dalam menulis dan mengajarkan. Ar-Robi’ menginformasikan bahwa selama 4 tahun di Mesir, Asy-Syafi’i telah mendiktekan 1500 waroqoh (lembar), sementara Al-Umm sendiri terdiri dari 2000 waroqoh.

Adapun isi Al-Umm, menurut Rif’at Fauzi mengandung lima macam tulisan,

1. Furu’ fikih, yakni pembahasan fikih rincian terkait halal-haram dan hukum berbagai perbuatan maupun benda. Ini adalah bagian terbesar Al-Umm

2. Ushul fikih seperti pembahasan Ar-Risalah, Ikhtilafu Al-Hadits, Jima’ Al-‘Ilmi

3. Fikih Muqoron seperti pembahasan ikhtilaf Malik wa Asy-Syafi’i, Ikhtilaf Abu Hanifah Wa Ibni Abi Laila

4. Ayat-ayat hukum dan tafsirnya yang disebutkan Asy-Syafi’i sebagai dalil atas hukum fikih yang digalinya

5. Hadis-hadis dan atsar hukum dengan sanad bersambung sebagai dalil pembahasan hukum Perlu ditegaskan di sini.

menurut penelitian Rif’at Fauzi, Ar-Risalah adalah bagian dari Al-Umm, bukan kitab terpisah. Manuskrip di Maktabah Ahmad Ats-Tsalits dan Al-Maktabah Al-Mahmudiyyah meletakkan kitab Ar-Risalah pada bagian awal kitab Al-Umm, setelah itu baru pembahasan Thoharoh. Ikhtilafu Al-Hadits juga bagian dari Al-Umm bukan kitab terpisah. Jika pada zaman sekarang ada penerbit yang mencetak secara terpisah Ar-Risalah dan Ikhtilafu Al-Hadits maka itu adalah bentuk ikhroj/istikhroj/separation saja.

Jadi, Al-Umm sebagaimana tergambar dalam namanya adalah sebuah kitab yang menghimpun sejumlah kitab, sebagiannya dalam ushul fikih dan sebagainya dalam furu’. Kitab ini sebagaimana penjelasan Al-Baihaqi adalah gabungan berbagai kitab mustaqill/independen.

Menurut Ibnu An-Nadim juga Ibnu Hajar Al-‘Asqolani, karya-karya independen Asy-Syafi’i mencapai 140 lebih kitab. Semua kitab itulah yang dijadikan satu oleh Ar-Robi’ menjadi kitab Al-Umm.

Adapun sistematikanya, tentu saja versi tercetak yang ada di zaman sekarang bukanlah sistematika yang dibuat Asy-Syafi’i. Sang Imam tidak pernah menulis satu kitab besar kemudian diberi nama Al-Umm. Asy-Syafi’i menulis kitab-kitab secara independen kemudian dikumpulkan oleh Ar-Robi’ dan disusun dengan sistematika tertentu, lalu jadilah kitab Al-Umm ini.

Hanya saja, seiring dengan perjalanan sejarah, manuskrip Al-Umm akhirnya ada dua versi. Yang pertama adalah versi Ar-Robi’, yang kedua adalah versi Al-Bulqini.

Sistematika Al-Umm susunan Ar-Robi’ adalah susunan asli Al-Umm sebagaimana terdapat pada manuskrip di Maktabah Ahmad Ats-Tsalits di Turki dan Al-Maktabah Al-Mahmudiyyah di Al-Madinah Al-Munawwaroh.

Adapun sistematika Al-Bulqini, beliau menyusun ulang Al-Umm dengan mengikuti sistematika topik yang terdapat pada Mukhtashor Al-Muzani. Terbitan penerbit Bulaq dan Dar Al-Wafa’ yang ditahqiq Rif’at Fauzi mengikuti sistematika Al-Bulqini ini. Sistematika Al-Bulqini dipilih sebagai dasar percetakan karena kelebihannya adalah menggabung semua tulisan yang satu tema dalam satu bab sehingga lebih mudah ditelaah.

Adapun metode Asy-Syafi’i dalam menulis Al-Umm, pertama-tama Asy-Syafi’i memulai pembahasan topik dengan menyajikan dalil. Jika ada dalil dalam Al-Qur’an, maka disajikan dari Al-Qur’an. Jika tidak ada dalil dari Al-Qur’an maka beliau menyebutkan dalil dari As-Sunnah. Kalau ada keduanya maka beliau menyebutkan semua. Saat menyebutkan dalil As-Sunnah kadang-kadang Asy-Syafi’i menegaskan kesahihannya terkadang juga mendiamkannya. Jika dhoif maka beliau menjelaskanya. Jika didiamkan maka itu bermakna bisa dijadikan hujjah sebagaimana keterangan Abu Dawud As-Sijistani.

Rif’at Fauzi setelah meneliti juga menegaskan bahwa apa yang didiamkan bermakna bisa dijadikan hujjah oleh Asy-Syafi’i. Terkadang Asy-Syafi’i menyebut hadis mu’allaq dan dijadikah hujjah karena sudah masyhur di kalangan ahli ilmu sebagai hadis yang bisa dijadikan hujjah. Setelah itu Asy-Syafi’i memaparkan istinbath dalil dengan penjelasan yang dalam, detail dan rinci.

Pada saat menjelaskan hukum, Asy-Syafi’i kadang-kadang juga menyisipkan pembahasan ushul fikih. Setelah itu menyebut atsar salaf sekaligus mendiskusikannya.

Jika topik nya mengandung persoalan ikhtilaf, maka Asy-Syafi’i juga menguraikannya. Oleh karena itu, Al-Umm bisa juga sebagai rujukan dalam fikih muqoron (fikih perbandingan). Dalam mengulas persoalan khilaf, Asy-Syafi’i menempuh salah satu dari dua cara;

a. Menyebut ikhtilaf dan langsang membahasnya setelah menjelaskan ijtihad Asy-Syafi’i sendiri,

b. Menyendirikan pembahasan ikhtilaf dalam pembahasan khusus di akhir topik utama dengan pembahasan komprehensif mencakup semua aspek ilmiah fikih, istidlalnya dan diskusinya.

Dalam membahas ikhtilaf, tentu saja Asy-Syafi’i akan menjelaskan kelemahan-kelemahan pendapat yang berbeda dengan hasil ijtihadnya. Semua pihak yang bertentangan dengan ijtihad Asy-Syafi’i diyakinkan kekeliruan mereka dengan dalil-dalil dan argumentasi yang beliau miliki.

Terkadang beliau mengkritik dalil-dalil lawan, mengoreksi konsepsi-konsepsinya, membantah argumentasi lawan memakai kaidah yang sudah diterima lawan, bahkan kadang bersepakat pada satu kesimpulan tertentu dengan lawan dalam konteks untuk meyakinkannya.

Asy-Syafi’i juga membuat kitab khusus untuk mendokumentasikan ikhtilaf para fuqoha’ itu seperti kitab Ikhtilaf Malik, kitab Ikhtilaf Abu Hanifah wa Ibnu Abi Laila, kitab Sairu Al-Auza’i, kitab Ar-Rodd ‘ala Muhammad bin Al-Hasan, kitab Ikhtilaf Al-‘Iroqiyyin dan lain-lain. Semua pembahasan ini ditulis dengan atmosfer diskusi yang benar-benar ilmiah, bermutu tinggi, tenang dan kokoh.

Hampir-hampir semua bab yang ditulis Asy-Syafi’i dalam Al-Umm selalu ada pembahasan ikhtilafnya. Seandainya pembahasan ikhtilaf ini dipisahkan dari kitab Al-Umm kemudian dicetak tersendiri, niscaya itu akan menjadi rujukan penting dalam fikih muqoron dengan segenap pembahasan ushul fikih, kaidah tathbiq dan furu’nya.

Dengan metode penyajian kitab seperti di atas, bahwa kitab Al-Umm adalah kitab fikih istidlali (kitab fikih yang mengajarkan cara penggalian hukum), bukan fikih mukhtashor. Al-Umm bahkan bukan hanya kitab fikih istidlali tapi juga menjadi peletak dasar dan pondasi cara pembahasna fikih berdasarkan kaidah ushul tertentu.

Kitab Al-Umm juga kaya hadis dan atsar. Isi hadisnya sekitar 4000-an lengkap disebutkan dengan sanadnya sehingga aspek validitas riwayatnya benar-benar tinggi. Apalagi diketahui mayoritas riwayat Asy-Syafi’i dalam Al-Umm banyak bertumpu pada riwayat dari dua imam besar dalam hadis yakni Imam Malik dan Imam Sufyan bin ‘Uyainah. Kita tahu, bahwa sanad Malik-Nafi’-Ibnu Umar adalah sanad emas dan sanad yang paling sahih dalam meriwayatkan hadis.

Dengan kata lain, bahwa Asy-Syafi’i telah menguasai betul Muwattho Malik dan riwayat-riwayat dari Sufyan bin ‘Uyainah. Dari sisi jumlah, riwayat hadis dan atsar dalam Al-Umm mencapai sekitar 4000-an. Bandingkan dengan Muwattho’ Malik yang mengandung sekitar 3600-an hadis. Oleh karena itu, kitab Al-Umm bukan hanya menjadi kitab fikih tetapi juga sumber kitab hadis, karena hadis dalam kitab semuanya lengkap dengan sanadnya.

Pengetahuan Asy-Syafi’i terhadap hadis memang sangat luas. Hanya orang jahil yang menyangka Asy-Syafi’i tidak mengerti hadis. Al-Baihaqi secara khusus telah membuat kitab untuk menampilkan keluasan pengetahuan hadis Asy-Syafi’i dalam hadis pada sebuah karya yang berjudul “Ma’rifatu As-Sunan Wa Al-Atsar”. Kitab ini sebenarnya bermakna “Ma’rifatu Asy-Syafi’i Li As-Sunan Wa Al-Atsar”. Jadi kitab ini menampilkan sejauh mana dan seluas apa pengetahuan Asy-Syafi’i terhadap As-Sunnah dan atsar.

Al-Baihaqi juga punya karya khusus untuk mentakhrij seluruh hadis dan atsar dalam kitab Al-Umm yang berjudul “Takhriju Ahadits Al-Umm”. Tahqiq Rif’at Fauzi juga melengkapi takhrij ini sehingga lebih mantap lagi. Al-Umm juga berjasa mendokumentasikan fikih shahabat, fatwa mereka, putusan/amar peradilan mereka, sunnah mereka, dan pendapat fuqoha’ yang semasa dengan Asy-Syafi’i seperti Al-Auza’i, Ibnu Abi Laila dan lain-lain. Malah bisa jadi kita tidak menemukan pendapat fikih para fuqoha’ yang semasa dengan Asy-Syafi’i kecuali di kitab Asy-Syafi’i ini. Lebih dari itu,

Al-Umm isinya bukan hanya pembahasan fikih, tapi juga ushul fikih, bahasa Arab, tafsir dan syarah hadis, riwayat hadis, atsar dan riwayat fikih as-salafus sholih. Dengan cara penulisan seperti ini tidak diragukan lagi, metode Asy-Syafi’i dalam Al-Umm benar-benar akan melatih, mengasah dan menajamkan kemampuan malakah fiqhiyyah ijtihadiyyah (talenta ijtihad fikih). Jadi, kalau mau latihan menjadi mujtahid, maka khatam kitab Al-Umm dan memahaminya sepaham-pahamnya adalah di antara yang direkomandasikan.

Adapun tahqiq manuskrip secara serius, di zaman sekarang di antara yang dikenal melakukannya adalah Ahmad Badruddin Hassun, mufti Suriah. Beliau mentahqiq kitab Al-Umm, kitab-kitab ikhtilaf dan karya Asy-Syafi’i lainnya untuk dikumpulkan jadi satu dan dijadikan disertasinya. Kitab-kitab yang ditahqiqnya ada 9 yaitu,

1. Ikhtilaf Al-‘Iroqiyyin (antara Abu hanifah dengan Ibnu Abi Laila)

2. Ikhtilaf ‘Ali Wa Abdillah bin Mas’ud

3. Ikhtilaf Malik Wa Asy-Syafi’i

4. Jima’ Al-Ilmi

5. Bayanu Faro-idhillah

6. Shifatu nahyi Rasulillah

7. Ibtholu Al-Istihsan

8. Ar-Rodd ‘Ala Muhammad ibni Al-Hasan Asy-Syaibani

9. Sairu Al-Auza’i

Menurut Akrom Al-Qowasimi, kerja tahqiq Hassun ini layak dinamakan Al-Mabsuth yang disebutkan oleh Ibnu An-Nadim dalam Al-Fihrist.

Beberapa penerbit telah tercatat pernah mencetak Al-Umm. Yang tertua adalah penerbit Bulaq. Dari terbitan ini kemudian oleh penerbit-penerbit lain mencetaknya kembali ,seperti Dar Asy-Sya’b, Ad-Dar Al-Mishriyyah, Ad-Dar Al-‘Ilmiyyah, Dar Qutaibah, Dar Al-Ma’rifah, dan Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah. Penerbit Dar Al-Wafa’ mencetaknya dalam 11 jilid atas jasa tahqiq Rif’at Fauzi dengan total ketebalan sekitar 6400-an hlm. Tahqiq Rif’at Fauzi inilah yang saat ini menjadi tahqiq terbaik dan paling serius untuk versi cetakan Al-Umm.

رحم الله الشافعي رحمة واسعةاللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين